Sebetulnya ‘peristiwa’ ini sudah lama, tapi semoga saja masih belum basi untuk saya ceritakan. Berhubung saya sedang ingin sekali menulis, tapi isi kepala terlalu random, dan hari ini adalah jadwal Sabtu masuk kerja. Jadi ya klop lah ya, mari ngelantur teu pararuguh sajah sigh.
Temans yang sudah mengenal om NH aka om Trainer pasti sudah mengetahui dengan baik apa itu Karsini. Sebuah cara nan eiylekhan khas seorang om trainer dalam dunia blogging, dimana beliau menayangkan artikel tamu di blog-nya, dan para pembaca diminta untuk menebak “KARya SIapa iNI” atau penulis dari postingan tersebut. Terbayang kan ya? he he
Tahun ini pun saya memberanikan diri lagi mengirimkan tulisan sederhana ke email om NH. Berikut sedikit cuplikan dari tulisan berjudul “AYUMI”, sebuah fiksi geje yang saya kirimkan ke Om NH.
***
“Aku mencintaimu Ay.” di suatu senja sebulan lalu, aku meneleponnya.
“Tapi aku mencintainya Ken, kamu tahu itu kan?”
“Tapi dia selalu menyakitimu.”
“Dia tetap mencintaiku Ken.”
“Cinta macam apa yang selalu membuatmu terluka seperti itu?”
“Dia hanya sedang sakit. Aku ingin membantunya untuk sembuh.”
“Kamu bukan dokter Ay, dan bukan kewajibanmu untuk merawatnya.”
“Mmmm… aku sudah menjadi istrinya Ken.”
“Apa??? Lelaki keparat itu sekarang menjadi suamimu Ay?” tanpa sadar tanganku mengepal lantas meninju tembok di sampingku.
“Dia mencintaiku Ken, pahamilah itu.”
“Tapi aku juga mencintaimu Ay, dan aku tidak akan menyiksamu seperti lelaki keparat itu.”
“Dia yang memintaku jadi istrinya Ken, bukan kamu…”
Ayumi mengakhiri percakapan kami saat aku tak mampu membalas kalimatnya. Membuatku terdiam lebih sunyi setelahnya dengan tangan kanan berdenyut perih. Saat itu, hatiku pun terlanjur pilu.
***
Bagaimana awal dan endingnya? sila baca selengkapnya di sini ya temans kedipkedip 😉
Saya tidak menyangka, Om NH ‘meluluskan’ fiksi saya itu untuk ditayangkan di blog-nya.
Saya menulis si Ayumi dalam sebuah project menulis yang saya ikuti, saya diberi sebaris lirik dan diminta membuat cerita berdasarkan kalimat-kalimat tersebut. Sulit menginterpretasi kalimat-kalimat yang saya terima, saya membuat 3 cerita sekaligus, termasuk AYUMI (waktu itu dengan judul berbeda). Saya kirimkan ke ‘panitia’nya, dan si Ayumi langsung ditolak, terlalu ‘dark’ katanya. Ya iyalaaahh…secara ya sado-masokis begitu kaan spoiler mihihihihi.
Maka dalam email pun saya katakan pada Om NH, saya mengerti jika Om menolak fiksi tersebut, seraya berjanji akan menulis postingan lain berkategori normal akan saya kirimkan untuk Karsini. Ndilalah langsung tayang. Sekali lagi, terima kasih banyak ya Om 😀
Sedikit ‘behind the scene’ kenapa Ayumi tercipta, adalah karena saya memang seringkali menemukan para pecinta tsaaah (khususnya wanita), yang menyakiti diri mereka sendiri dalam mencintai seseorang. Tidak hanya secara fisik ya, tapi generally juga secara mental.
Misalnya begini. Sudah tahu pasangannya sering berselingkuh, atau tidak menghormati dirinya (berkata kasar, posessif yang keluar batas, dan sebagainya), atau tidak mau berkomitmen (untuk segera menikah), tapi kok ya masih bertahan dalam hubungan yang tidak membaikkan seperti itu.
Apakah ketakutan dan kekhawatiran untuk kembali ‘being single’ terlalu menghantui (sehingga sangat menyeramkan), untuk kemudian memilih bertahan dalam hubungan itu, walaupun harus berarti menyakiti diri sendiri?
Serius nih menjomblo itu sudah menjadi aib sehingga kudu mesti wajib dihindari? Rela untuk babak belur -dalam arti denotasi dan konotasi- asalkan berstatus ‘punya pacar’? Kok ya sayang banget menyiakan hidup yang ‘cuma’ satu kali ini untuk menderita seperti itu ya? aseli tidak mengerti.
Nah kan… beneran ngelantur saya. Judulnya apaaaa, prolognya apaaaaa, ngebahasnya apaaaa whuahahaha…
Baiklah, saya sudahi saja kalau begitu. Selamat berwiken ria untuk Anda yang merayakannya^^
aq sih milih single drpd nyakiti diri ato cuma untuk sebuah status punya pacar ckckc
___
Iya…harusnya memang begitu menurutku Jiah 🙂
Jadi pengen bikin fiksi juga nih.
Info aja teh, saya udah 19 tahun jomblo loh.
___
Santai aja, bnyak lebih lama ngejomblo 😀
Suka tulisan ini 🙂
___
Tengkyu Yeee^^
Saya juga punya teman teh, seorang cewek yang rela meremukkan hati pada seorang lelaki yang suka menyakiti. Lah saya pikir mending sama saya aja toh yo mbak, biar jadi Marpuah hahaha
piye kabare teteh Orin ama Akang Matahari 🙂
___
Nah kan, ga ngerti jalan pikirinnya toh klo kyk begitu uncle hihihi.
Alhamdulillah baik. Semoga uncle segera menemukan sang marpuah yaa^^
pertama, saya mau ngecek ke TKP aahhh,, liat si ayumi
kedua,, manggut2 tentang kejadian di lapang,, hmmm..
___
met manggut2 ya Van *halah* hihihihi
ayumi gak pernah bergaul sama eMak siiyyhh… 😛
cerpen ini keren, meskipun memang dark.. klo bukan Orin yg nulis, genre ini memang eMak hindari untuk dibaca.
___
Iya Mak, Orin jg nulisnya gimanaa gitu heuheu
Hehehe kalau ini fiksi dengan karakter orang Jepang kukira dialognya masih kurang alami. Terlebih tokoh pria nyebunya Ay, aku lebih prefer ke Ayu-chan. Cowok jepang biasanya pake embel2 chan untuk orang yang terkasih. Hehehe. Tapi dalam fiksi tak pernah ada yg salah. Saya cukup menikmati.
Salam Karya!
___
Nah..aku br ngeh kalo Ayumi dan Ken itu ‘jepang’ bgt justru setelah baca komenmu ini Di hihihihi. Ga kepikiran nulis tokoh Jepang sih, ga ngerti jg budaya sana he he
nice story
___
Thanks
Orin udah dikenal jagonya buat fiksi,jadi pada langsung bisa nebak deh..
sama kayak emak, bunda juga nggak suka baca atau nonton yang tragis he..he…, tapi karena Orin meramunya nggak mengerikan jadi masih cocoklah
___
Alhamdulillah kalo ngga mengerikan Bun hihihi.
hehe.. iya i mbak, mbleyot2 postingannya .. hehehe
salam kenal ya mbak, kunjungan pertama
___
hahahaha…mbleyot2, lucu istilahnya 😀 terima kasih sudah mampir Putra
selama kita tak membuka hati, gak akan tau bahwa banyak sekali lelaki baik yang bisa mencintaimu
___
Iya, harusnya bisa membuaka hati ya
serem juga ya kalau ada yg rela babak belur drpd punya status single
___
Ternyata banyak yg begitu mba El 🙁
Banyak kejadian seperti itu. Menerima begitu saja dengan keadaan…. padahal seharusnya bisa berontak… bisa kembali single… tak masalah… 🙂
___
Padahal jadi single jg bisa happy ya mba Zy^^
Cinta yang menyakiti ? masalahnya cinta itu tidak sesederhana dalam puisi *hayaaah #dibahas
___
kalo ngga kompleks bukan cinta ya Teh? *apaseh* hihihi
menarik banget menbaca cerita ‘behind the scene’nya si Ayumi..
___
Terima kasih mba^^
kayaknya pada dasarnya perempuan itu seneng di sakiti.. pake high heel aja udah termausk menyakiti diri sendiri sebetulnya.. tapi tetep aja di pake. heheh..
___
iya jg ya mba Chi, kalo liat high heel 5 centi ke atas gitu aku ngeliatnya aj udh pegel hahahaha
fiksinya orin itu enak dibaca suka gak bisa ditebak
___
hehehe… hatur nuhun Teeeeeh^^
ada orang di dekat saya yg seperti itu mba Orin, sediiih tapi ga bisa berbuat apa-apa … padahal kepengen banget dia lepas dari ketergantungan sama orang yg sudah jelas menyiksanya…. lhaaa curcol maning
___
Iya mba, suka ga ngerti deh kenapa bisa begitu 🙁
postingan gado2nya ternyata asoy juga dibaca 😀
terkadang emang hrs nggali tema2 yg gak biasa ya Teh biar ada pengalaman baru dlm menulis……….
___
Sepakat Sarah, makanya fiksiku kadang ‘aneh’ krn pgn mengeksplore banyak tema, walopun ga selalu berhasil dg baik ya he he
Orin …
saya percaya …
kalo untuk urusan beginian … cinta dan yang sejenisnya …
Hati – Nalar – Iman itu haaaaarrruusss dipakai …
Emotionally – Intelectually – Spiritually … balance !!!
Salam saya
___
Sepakat Om, harusnya begitu, makanya bingung kalo ada salah satu unsur yang (sepertinya) diabaikan..
Kalau alasannya bukan krn status single, tapi memang ingin mencintainya & ingin orang itu berubah,, bagaimana menurut mba Orin?
*kayanya emang kebanyakan wanita begitu deh :D. Meskipun iya bener juga bagaimanapun akan tetap tersakiti minimal perasaannya… 🙂
___
Nah…Siti sudah menjawab pertanyaan Siti sendiri hihihihi.
Menurutku, mencintai itu seharusnya tidak menyakiti siapapun Siti, kalo ada yg tersakiti, pasti ada yg ‘salah’ *edisisotoy*
“edisi sotoy” nya bener banget, mba Orin… SUKA sama jawabannya ^_^
___
hehehe….tengkyu Siti 😉
Hihihi.. sami2 ^^
St yg makasih atas jawabannya mba Orin 😉
aku enjoy kok ngejomblo, justru dinikmati sebelum terikat pernikahan… 🙂
aaaak. mengerti banget apa yang melatarbelakangi timbulnya si karsini-eh-ayumi ini. Kenapa ya orang rela terjebak di sebuah hubungan yang menyakitkan. haissh. kalo sudah diingatkan ya mereka bisa tanggung sendiri aja akibatnya ya
___
Iya sih, balik lg itu mah keputusan personal, ga bisa digimana2in lagi..