“Kutunggu di bawah pohon beringin di sudut sekolah nanti sore. Datang ya!”
Demikian surat -dalam secarik kertas kecil- itu berbunyi. Tulisan tangan dengan karakter bulat-bulat di setiap hurufnya membuat Yogi berasumsi si penulis pesan adalah seorang gadis. Tapi siapa? Dan apakah pesan itu memang untuknya? Kalau bukan, kenapa ada di kolong meja Yogi?
“Kenapa lu, Gi?” Si Riko sang teman sebangku menatap Yogi heran. Gara-gara si ‘surat kaleng’ itu, Yogi masih terduduk di bangku, tidak seperti biasanya yang langsung kabur begitu bel pulang sekolah berdentang.
“Nih,” jawabnya singkat seraya menyerahkan si surat kaleng itu pada Riko.
“Wuidiiiiihhh, keren lu Gi, akhirnya ada yang ngecengin juga.”
“Sialan lo, Ko,” kata Yogi tak suka. Si Riko malah terpingkal memegang perut. Tapi ejekannya barusan membuat Yogi tersipu malu-malu. Serius nih ada yang cewek yang naksir dia dan mengajak bertemu diam-diam begitu? Alamak, jantung Yogi sepertinya baru saja melompat-lompat hendak terbang.
“Udaaah, lo samperin aja, Gi. Wewe Gombel mahΒ ngga bisa nulis dan ngga keluar sore-sore begini kok,” ledeknya lagi, kali ini tawanya hanya terdengar sayup karena si Riko sialan itu langsung angkat kaki dari depan Yogi yang sudah cemberut meredam kesal.
Yogi melangkah ragu, melawan arus teman-temannya yang berbondong menuju gerbang depan untuk pulang, Yogi menuju ke belakang sekolah, dimana mushola dan lapangan basket berada. Di sana pula, sang pohon beringin menjulang tepat di sudut, daunnya berkesiur disapa angin, memanggil sejuk di sore yang cukup panas.
Enggan, Yogi duduk di salah satu akarnya yang cukup besar. Dia sering juga duduk di situ saat menonton pertandingan basket antar kelas, atau saat menunggu jam-jam sholat. Tapi kali ini, sekolah sudah sepi meski baru pukul 4, rupanya tak ada kegiatan ekstra kurikuler apapun di hari Senin seperti ini. Beberapa menit menunggu, Yogi mulai gamang, bagaimana jika si surat itu hanyalah lelucon belaka? Dan dia sedangΒ dibully oleh Riko atau temannya yang lain sebagai bahan ejekan berikutnya? Buktinya, tak ada siapapun yang menunggunya. Bah!
Pikiran itu membuat Yogi beranjak. Toh surat itu mungkin saja salah alamat dan memang bukan diperuntukkan buatnya. Kalau ternyata memang demikian, bodoh sekali dirinya bisa tertipu. Kesal, dia menggendong ranselnya dan gegas meninggalkan sang pohon beringin saat seorang gadis memanggilnya ragu.
“Kak… Kak Yogi…” Yogi membalikkan badan, dilihatnya seorang gadis berambut lurus sebahu berdiri, sepertinya tadi dia bersembunyi di belakang pohon.
“Ya?” Lagi, jantung Yogi berdegup kencang, apakah gadis itu yang mengiriminya surat kaleng? Gadis itu pasti anak kelas X karena memanggilnya ‘kak’.
“Aku…aku Milla.” Yogi menunggu dalam diam, memerhatikan gadis yang ternyata bernama Milla. Gadis itu manis juga, dan rasanya layak dijadikan pacar.
Aih, pipi Yogi sedkit merona karena pikirannya sendiri.
“Aku, mau minta tolong, Kak.”
“Apa?” tanya Yogi cepat. Dia mulai mengingat dimana atau bagaimana Milla mengenal dirinya?
“Mau nitip ini, Kak,” kata si gadis itu malu-malu, menyerahkan selembar surat berwarna merah muda yang harum, tangan Yogi sedikit gemetar menerimanya.
Itu pasti surat cinta! Ya Tuhan. Yogi menahan napasnya hingga beberapa detik.
“Titip buat Kak Riko ya, Kak.” Lagi, gadis itu berkata malu-malu, lantas langsung berlari kecil meninggalkan Yogi yang membeku kaku.
Note : 500 kata, cerita segeje ini lama banget nulisnya, efek samping libur nulis kelamaan sepertinya hihihihi.
Gubrak… pingsan. ternyata yang dikecengin orang lain. aduuuh.. langsung patah hati sebelum jadian deh
___
qiqiqi…kesian si Yogi ya π
Waaa kirain si penunggu pohon ringin yang ngajakin ketemuan
___
wah…aku ga bisa nulis yg serem2 gituh Chris π
kata2 dalam surat kalengnya bikin terbang, pantes aja Yogi GeEr π
___
hahaha…iya juga ya Sarah π
Yogi rambutnya keriting apa lurus Rin? MAu dipake buat gaya kasihan deh lu-nya ke Yogi. Hahahaha.
Gak ketebak, tadinya kirain yang kirim surat kaleng cowok. Hahahaha
___
Errr…si Yogi botak Dan, jadi bijimane tuh gayanya? hahahahaha
Nasib … nasib. π
Ehm, Rin, aku sementara masih eneg nulis ff gegara terlalu berjuang pas nulis yg komedi kmaren. Maklum, tak pandai melucu lah diriku π
___
eyampun Ka, FFku kmrn itu jg ga lucu sih sebetulnya hahahahaha
Waduh nasib banget itu β¦
___
heuheu…iya Om kesian π
Gubrak..langsung patah hati dong si riko mba hahaha…
___
si Yogi sih yg patah hati mah hehehe
Yogiiii, nasibmuuuu…
Coba lagi nanti, yaaaa…. *emang kuiz?* π
___
hahaha…semoga si Yogi ga kapok ya mbak π
sobek sobek!
___
bakar bakaar! hehehe
kasihan juga yogii
___
*pukpuk Yogi* :))
yah yogi keburu GR.. hahaha
___
qiqiqiqi…emang ga boleh GR duluan ya mas π
jadi cuma dijadikan perantara π
dek….kamu tega! π
puk puk Yogi hahhahaa
“Riko, nih ada surat dari Mila”
“Lu ketemu Mila di mana, Yog?
“Di bawah pohon sono”
Sejurus kemudian, Riko pun membuka dan membaca surat yang dititipkan Mila kepada Yogi itu, dan senyumnya pun mengembang.
“Yog, coba lu baca deh bagian akhir surat ini, kenceng-kenceng kalau perlu”
Dengan ragu-ragu, Yogi memenuhi permintaan Riko tersebut.
“Kak Riko, tolong bilangin dong ke Kak Yogi kalau Mila suka ama dia..”
#ribet #amat #yak
!menyegarkan…tulisannya π
Saking membeku-nya sampe2 gigi Yogi ikut rontok tok tok
yaelah Yogi, emang udah nasibmuuuu :p
Ah aku terkecoh, kirain di endingnya mau dibilang bahwa ternyata yang ngasih surat kaleng itu cowok π