Assalamu’alaikum Kak,
Sudah lama aku ingin sekali menuliskan surat ini untuk Kakak, sesaat setelah kau pergi, saat ulang tahunmu tanggal 8 September kemarin, atau saat 100 harimu beberapa waktu yang lalu. Tapi setiap kali, selalu saja aku menangis saat menuliskan sesuatu untuk mengenangmu. Tapi kali ini aku menguatkan hati, karena seharusnya aku bahagia, bukankah kau telah damai di sana?
Kak Riana yang baik, aku tidak ingat kapan pertama kali kita berkenalan, yang jelas saat itu kita berjumpa di Studio Metro TV ya Kak? Kau selalu memanggilku ‘Dek Orin’, sehingga aku pun sok dekat sok akrab memanggilmu ‘Kak Riana’, padahal usiamu tidak jauh berbeda dari Mamahku, seharusnya aku memanggilmu ‘Bunda’ sama seperti teman-teman yang lain. Tapi kemudian Kakak bilang, “Bener Dek kamu mau manggil aku Bunda? Kamu ga punya kakak toh? Wis aku aja yang jadi kakakmu gimana?” Hiks, aku terharu Kak. Terima kasih sudah bersedia menjadi kakakku ya Kak, terima kasih telah membuatku tahu bagaimana rasanya menjadi seorang adik..
Tahu tidak Kak? Aku kagum sekali dengan Kakak, membesarkan Robby dan Ketty -kedua permata hatimu- seorang diri sekian tahun dengan tabah dan tegar, walau harus terjatuh terseok, tapi kau selalu tersenyum dan kuat bagi mereka, tidak ingin membuat mereka khawatir, mendukung mereka dengan semua yang kau miliki. Dengan begitu, engkau tidak hanya menjadi mama terbaik bagi mereka berdua, tapi juga contoh mulia bagi orang-orang di sekelilingmu. Setidaknya bagiku, karena kelak aku ingin bisa menjadi ibu yang tabah sepertimu.
Awalnya aku tidak tahu kalau engkau seorang muslim Kak, karena jelas terlihat kau adalah seorang warga keturunan. Tapi kemudian kau bercerita sejak SMP kau memutuskan untuk menjadi mualaf, pilihan yang sangat berani karena dengan hal tersebut engkau dijauhi keluarga besarmu. Dan kemudian kekagumanku pun bertambah, karena engkau yang seorang mualaf, yang tinggal jauh di sana di Ciledug, tapi tahu banyak jadwal kegiatan Mesjid Sunda Kelapa, dan antusias mengajakku menghadiri kajian setiap Jum’at malam.
Ugh, tahukah engkau aku sungguh malu saat itu Kak? Kini, setiap kali menjejakkan kaki di mesjid itu, aku selalu teringat akanmu. Terkenang saat kau ingin berfoto dengan Aa Hadi dan Cheche Kirani, teringat saat kau bercerita ingin berhijab tapi masih malu, teringat saat kau katakan kau ingin diajari mengaji. Kakaaaaak, aku kangen.
Dan ngelapak di TMII itu, tak akan pernah terpikirkan olehku jika bukan kau yang mengajakku, Kak. Dengan semangat TDA yang seolah memang telah mengakar di dalam dirimu, engkau mengajakku untuk turut serta ikut Kompak -Komando Lapak- di Taman Mini setiap minggu pagi itu. Dengan barang dagangan seadanya, dengan motorku yang imut-imut, aku jadi tukang lapak mengikuti jejakmu. Menggelar plastik seadanya di keramaian orang-orang yang berjalan-jalan pagi, mencoba menjemput rezeki, walaupun terkadang tak satu pun dagangan kita terjual ya Kak.
Tertawa aku mengenangnya Kak, cape-lelah-panas-berdebu, then we got nothing. Tapi denganmu, kenyataan sepahit itu tetap bisa terasa manis. Aku tahu engkau berharap banyak dari ngelapak itu, untuk tambahan uang dapur atau apalah, tapi tetap saja, kau selalu ceria saat belum ada rezeki kita di sana. Terima kasih sudah mengajakku merasakan sensasi seperti itu Kak, terima kasih sudah membuatku bersabar dan kemudian bersyukur, terima kasih sudah mengajariku untuk berupaya semaksimal mungkin dan tetap tersenyum saat hasilnya tak sesuai harapan. Terima kasih ya Kak.
Kak Riana yang selalu ceria, terima kasih atas nasehat-nasehatmu tentang hidup dan kehidupan. Tentang indahnya memaafkan, tentang bahagianya menerima dengan keikhlasan, tentang mulianya berupaya dengan tulus. Teringat curhat-curhatan kita di YM yang seolah tak berujung itu, kau tidak pernah bosan membaca curhatanku ya Kak? 🙂 Teringat juga teleponmu yang seringkali tiba-tiba padaku, hanya karena aku tidak on line dan atau hanya karena kau ingin mendengar suaraku. Atau sms-smsmu yang banyak mengabarkan ini itu tentang teman-teman di sekeliling kita.
Tapi kau tak pernah mengeluh tentang dirimu, hidupmu, kesulitan-kesulitanmu. “Dek, kasian si ibu A anaknya sakit, jadi aku pinjemin uang buat beli obat”, “Dek, kamu tau ga Pak B baru dipecat? Kasian dia, aku beliin makan tadi siang, mudah-mudahan dia seneng ya”, dan banyak sekali ‘laporan’ lain sejenis yang aku terima darimu. Padahal aku tahu terkadang uang sekolah anak-anakmu pun menunggak, padahal aku tahu ada saatnya kau pun belum makan sama sekali. Dan tetap kau lebih sering menolak bantuanku daripada menerimanya, malu katamu. Padahal darimu aku belajar banyak, bahwa saat kita tulus membantu orang lain, hanya Tuhan yang akan membalasnya. Iya kan Kak?
Kak Riana yang tabah, teringat saat aku menjengukmu di rumah Mami-mu saat itu. Wajah yang selalu tersenyum penuh semangat itu menghilang. Matamu yang setengah terpejam berusaha membuka saat melihat kami datang. Tubuhmu yang dulu selalu lincah terbaring menahan sakit. Breast cancer telah mengubah sahabat baikku. Saat itu aku sungguh menahan diri untuk tidak menangis di depanmu Kak. Aku hanya mampu tersenyum menatapmu dengan sebuncah doa dalam hati untuk kesembuhanmu, seraya membelai tanganmu perlahan yang saat itu serupa tulang terbalut kulit. Aku tidak bisa bicara, karena saat bibir ini bergerak, aku tahu pasti airmataku pun akan ikut mengalir.
13 Juli 2011, pukul 6.45, engkau pulang padaNYA, Sang Pemilik Kehidupan, Sang Maha Cinta tempat kembali semua mahkluk. Maafkan aku tidak menghadiri pemakamanmu Kak, maafkan aku tidak ada di sana saat ajal menjemputmu, maafkan aku jika aku belum cukup baik menjadi adikmu. Maafkan aku jika aku tidak cukup memahamimu sebagai sahabatmu ya Kak.
Izinkan aku menjadikanmu satu dari sekian banyak pahlawan dalam hidupku ya Kak. Karena ceriamu, semangatmu, bijakmu, tawamu, nasehatmu, ketabahanmu, hangatmu, perhatianmu, ketulusanmu, semua yang kuingat tentangmu dan segala yang pernah kau lakukan untukku, telah menginspirasiku. Aku tak ingin mengingatmu saat kau sakit, aku akan mengenangmu saat kau menjadi seorang Riana Chaidir yang adorable. Semoga kau telah berbahagia di sana Kak.
Wassalamu’alaikum.
PS : Kau ingat foto-foto ini Kak? Melihatnya telah membuatku tersenyum mengenangmu :-*
Terharu deh Mbak bacanya …Tampaknya Bu Riana masih muda ya..tapi yah umur di tangan Allah
Orin : Iya mba, umur di tangan Allah ya..
so sweet..
aku jd kebawa bacanya teh…
RIP Riana Chaidir..
sukses ya teh kontesnya 🙂
Orin : Ga bs diikutan ngontes neng, ternyata udh telat qiqiqiqi.
Tengkyu doanya untuk Kak Riana ya Neng 🙂
hiks … persahabatan yang indah …
Orin : Nuhun Ibuu^^
Semoga beliau telah berbahagia di alam sana. amiinn…
Orin : Aamiin..makasih doanya mba Dew..
Hmm lama pernah mampir kesini, eh ada cerita tentang persahabatan, terharu sekali Kak ceritanya,
Semoga Bunda Riana tenang disana
Orin : Iya nih, kemana aja Sof? Aamiin..makasih doanya ya..
🙁 ora komen aku wis teh…
semoga Kakak Riana diterima segala amalnya oleh Sang Maha Pemberi Ganjaran
Orin : ora komen gpp uncle, tapi doanya insyaALLAH didengarNYA ya. Aamiin..
Duh, saya menyesal mbaca ini, bikin saya hampir nangis. 😥
Orin : uhuk…maaf ya Sop
Semoga amal ibadah diterima Allah SWT
Ikut berduka cita ya Rin
Orin : Aamiin ya robbal’alamin.. makasih doanya BunMon..
terharu bun,,
ikut mendoakan semoga Allah menempatkannya di tempat yang mulia.. aamiin…
Semoga bisa meneladani apa yang telah Beliau lakukan selama hidupnya ya bun..
Orin : Aamiin.. makasih doanya Mab
Terharu saya membacanya. Salam kenal juga buat Mbak Rindri dan juga Bunda Riana. Semoga Mbak Riana tenang di alam sana dan diterima segala amal ibadahnya. Diluaskan dan diterangi alam kuburnya. Amin
Orin : Aamiin…terima kasih doanya untuk sahabat saya. Salam kenal ya^^
hanya bisa bantu dengan doa… 🙂
rest in piece…
Orin : Terima kasih doanya mas Kira..
ih aku mah ga senyum… udah kadung mewek tuh…
Orin : Pas pulang nangis Teh, di atas motor, hiks
Semoga dilapangkan kuburnya
SalamPLUR
Orin : Aamiin…tengkyu Riez..
hiks…terharu sekali membacanya….semoga orang yang ditinggalkan diberi ketabahan…
Orin : Aamiin..terima kasih doanya..
waw……aku jadi berkaca-kaca membaca ini.
Ceritanya mendapati ruh yang luar biasa, mengajak setiap pembaca terkondisikan pada apa yang Neng Orien rasakan saat itu.
Yah semoga diterima di sisi-Nya. dan diberikan ketabahan dan kesabaran bagi yang ditinggalkan.
Orin : makasih apresiasinya Sarip, begitulah yg aku rasakan saat itu 😀
Aamiin…semoga ya, terimakasih doanya..
Wahhh…saya ikut terharu nee .. tEh OrIn, hatiku jadi ingin tahu keadaan putra-putri alm sekarang ini, juga ttg nama Chaidir di belakang namanya …n saat2 terakhir di rumah maminya itu … 😉
Orin : Putra putrinya baik2 aj Om, anak2 yg tegar krn memiliki mama yg tabah, alhamdulillah 🙂
kisah persahabatan yg manis…jadi menangis bacanya.
Orin : Aku jg nangis nulisnya mba Fan..
Oriiiiiiinnnn…………
sedih mbaca kisah ini
sungguh persahabatan yang didasari ketulusan itu kuat sekali akarnya ya …
semoga dia mendapat tempat yang indah di sisi Sang Khalik ..
Orin : Maaf ya Kak jd sedih.. Aamiin, terima kasih doanya Kak..
sediih bacanyaa.. T.T
Orin : Maaf ya Van..
Oriiiiin bikin terharuuuu dech …
Kenapa g diikutkan dalam ajang Dear Pahlawan ya kemarin?
Orin : Itu dia Ummi, aku pikir diperpanjang smp tgl 14, ternyata cuma smp 13 nov, telat deh hihihihi
aaah.. sosok yang ceria… terlihat dari fotonya
terharu bacanya teh..
pangsitnya teteh oke punya nih 😀
Orin : Tapi ga diikutkan ngontes kok Mel, bukan saingan kita qiqiqiqi
Orin…aku nangis hiks……
terharu baca postingan ini….salut sama Kak Riana yg begitu tegar….byk sekali pelajaran yg bisa kita petik dr perjalanan hidupnya….smoga arwahnya diterima disisi Allah SWT…diampuni segala dosa2nya dan diterima segala amal ibadahnya…
btw anak2nya skrg umur brp? trs yg ngasuh neneknya yachh?
Orin : Anak2nya udh gede kok mba, yg cowok udh kerja, yg cewek baru lulus SMU, iya skrg sm omanya… Makasih doanya untuk Kak Riana ya mba Nia..
Iya Rin, mungkin lagi bawaan kali ya..
Soalnya waktu mb hamil dini dulu gak seperti ini, kalau Dini dulu mb rajin …semua2 mau di kerjakan.
Orin : Mungkin calon adiknya Dini cowo ya mba, jd ibunya malesan hihihi
Rest In Peace. Orang baik kaya kakak ini pasti tenang di sisi Allah. Sabar ya~
Orin : Hiks…makasih doanya [L]..
Memiliki hati yang mulia dan lembut ya Rin…., kak Riana yang tegar dan ceria.
Tuhan selalu sayang pada orang-orang baik…dan Tuhan tidak ingin kak Riana lebih menderita lagi ya Rin.
Orin : Iya mba, Kak Riana pasti sudah damai di sana. Aamiin..
ya Allah kenapa beberapa bulan ini aku bertubi2 mendengar kisah tentang breast cancer yaks…. hiks…. turut berduka ya ,mba… aku pun baru kehilangan teman karena penyakit ini….
Orin : Terima kaish mba Rin, turut berduka jg untuk temannya..
Semoga beliau tenang di sisiNYA ya mba.
breast cancer ya?
Orin : Iya Mel breast cancer. Aamiin, terima kasih doanya ya..
Turut mendo’akan agar mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya. Amin.
Orin : Aamiin..terima kasih doanya..
inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
semoga kak Riana mu selalu damai di sisiNya
jiwa dan semangatnya tentu akan selalu hidup di hatimu dek
Orin : Aamiin…terima kasih doanya Kak..
Kebaikan seseorang akan selalu terpatri dalam hati. Rest in Peace untuk Kak Riana.
Orin : “terpatri dalam hati”, suka sekali dg kalimat ini mba..
semoga…beliau mendapatkan tempat terbaik disisinya,
insy allah, beliau sdh bahagia skrg mb =)
Orin : Aamiin…makasih doanya Rez..
teh ini yang di puisi poetry hujan itu ya kak sahabatmu yg itu? hiks, jika ini diikutkan dlm dear pahlawanku haruskah aku memilihmu lagi teh? ssemoga beliau tenang disisiNya teh.
Orin : Yup, betul bgt Pu, orang yg sama, inspiratorku 🙂
Aamiin…makasih doanya ya Neng..
Pasti kangen banget ya mbak? 🙂
Semoga ia bahagia di sana…
Orin : Aamiin..makasih doanya ya Na..
mbak, aku mengalami kejadian serupa belum lama ini. sahabat terbaikku meninggal karena breast cancer agustus lalu. sedih banget. tapi aku berpikir, ini lebih baik karena sekarang dia sudah merasakan sakit dan berada di tempat yg lebih baik dengan Sang Mahacinta 🙂 kadang masih suka kangen, dan akhirnya sekarang hanya bisa berdoa buatnya. aku pernah nulis di blog juga tentang sahabatku itu http://blognyakrismariana.wordpress.com/2011/08/19/sms-yang-tak-terkirim/
salam kenal ya mbak 🙂
Orin : Hai Kris, terima kaish sudah berkunjung. ternyata kita punya kisah yg sama ya.. Semoga sahabat kita damai di sana..
Indahnya persahabatan, Orin…
jd ikut terharu bacanya….
semoga beliau mendapat tempat terbaik disisi-Nya.. amin
Orin : Aamiin…makasih mba Tia..
Orin, ikut berbela sungkawa ya…smoga Kak Riana mendapat tempat terbaik disisi-Nya…
Sungguh, ini salah satu surat termanis yang pernah saya baca, Rin!
Orin : Aamiin…terima kasih doanya Bu Ir..
Ikutan Merindingggghhh + mewek + sedihhhhh ngebacanya..
semoga Almarhumah diberi tempat terbaik di sisiNYA amin
Pingback: When I See You Again | Rindrianie's Blog