“Kak, ibukota Jepang itu Tokyo yah?”
“Iya, dulu sih di Kyoto, tapi kemudian dipindahkan ke Tokyo.”
“Kalo ibukota Inggris, Kak?”
“London.”
“Jauh ya, Kak?”
“Dari mana? Dari Tokyo? Ya lumayan jauh, London itu kan di Eropa.
“Kalo dari terminal Cicaheum lebih jauh ya, Kak?”
Si Kakak tertawa hingga terguling-guling memeluk perut. Si Adik ikutan tertawa hingga terbatuk-batuk. Aku menatap mereka dalam senyum yang diam.
“Jadi mau ke Jepang atau ke Inggris nih?”
“Ke Jepang dulu aja, Kak. Aku kepengen lihat bunga Sakura.”
“Kalo mau lihat bunga sakura harus pas musim semi perginya.”
“Iya, kalau musim dingin aku juga ngga kuat, Kak. Walaupun pengen juga sih lihat salju.”
“Padahal asyik lho kalo ada salju, Dik. Kita tinggal bawa sirup dan gelas. Jadi deh es serut kayak yang suka dijual Mang Rohim.”
Si Adik terbahak-bahak hingga pipinya memerah. Si Kakak tergelak-gelak hingga matanya menyipit. Aku segera menyeka air mata yang dengan kurang ajarnya tiba-tiba muncul.
“Trus nanti kita baru ke London, Kak. Aku kepengen lihat si penjaga istana berseragam merah bertopi hitam bulu-bulu itu, Kak.”
“Kalo di London aku kepengen lihat Big Ben, Dik.”
“Nanti kita ketemu Mr. Bean ngga ya, Kak?”
“Itu kan cuma film, Dik. Dan kita sekarang cuma sedang berkhayal.”
Si Kakak cekikikan, diikuti si Adik yang juga ikutan senyam senyum. Lantas keduanya mulai berbaring, berpelukan, seperti tak pernah lelah bermimpi. Membuatku -entah kenapa- merasa menjadi ibu yang paling merana. Bagaimana mungkin mimpi-mimpi itu akan mewujud?
“Matikan lilinnya, Bu. Sayang, bisa dipake buat besok.” suara parau suamiku menghentikan lamunanku. Aku tahu lelaki ini pun diam-diam mengamati dialog mimpi tadi, dan sedikit terluka karenanya. Maka aku mengiyakan pintanya, lantas merebahkan diri di sampingnya.
Gulita sudah, rumah kardus kami sunyi, membungkus cinta yang semoga tak akan mati, walaupun hanya sanggup hidup dalam mimpi yang tak berjudul.
*Ditulis untuk #proyekcinta @bintangberkisah
Mimpi itu tak mengenal kelas sosial ya Teh. kaya dan miskin punya semua. Adil deh Allah itu π
___
Iya Tante, mimpi milik semua kasta ya^^
hmmm, tentulah ini keluarga berpendidikan yang tak beruntung. semoga nyala mimpi berpendar terus selepas nyala lilin yang padam perlahan π
___
semoga ya mas π
like this
#just it π
___
Tengkyu Sarah^^
suka! π
___
Makasih, Bang^^
Ah ini keren sekali…
___
Tengkyuu^^
Suaminya pasti ngerasa bersalah ya… π
___
begitulah η©Ίγγ»γ π
mimpi-mimpi itu semoga terwujud di kemudian hari π
___
Semoga ya^^
semoga mimpinya bisa terwujud, mimpi itu enak kok π
Sedih ya msh ok pk lilin huhu
One must dream to fly before one really do fly :).
Nanti pasti bisa keliling dunia :’)
semoga impian terus menyala, meskipun di rumah kardus.. π
Cakep ceritanya mbak. Mimpi2 mereka bisa terwujud kok. Tak ada yang tak mungkin π
kalo pas musim semi, tiketnya mahal banget..hiks
Untung saja mimpi itu gratis π
Meleleh..
bermimpilah maka Tuhan aka memeluk mimpi-mimpimu. bagus seklai ceritanya walaupun singkat. π
semua kan dimulai dari mimpi ya… π
Dan emg cuma mimpi yg gak mengenal status sosial …
wah jadi ingat, ibuku dulu terluka nggak ya pas aku ngoceh tentang mimpi … *mendadak kangen rumah
Bermimpi adalah hak setiap orang …
dan gratis …
maka … bermimpilah selagi bisa …
salam saya Orin
ikut menyeka airmata.. π
nothing’s impossible.. π
Semua berawal dari mimpi. Who knows? π
Dah lama ga baca2 tulisan model gini.. π
Menyedihkan, mba Oriiin…, rasanya ingin kututup saja mata ini x_x
Uh so sweet. Semoga terwujud