Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Menutup pintu dengan kencang, seraya menenangkan jantungku yang seperti ingin melompat. Sejak kapan Lissa ada di kamarku? Tidur bersamaku? Bagaimana mungkin dia…
“Mel?” Farah menatapku heran, membuatku terpaksa berhenti bertanya tentang Lissa. “Kenapa? Kamu baik-baik aja kan?” tanya Farah lagi. Sepertinya wajah pucatku membuatnya khawatir. Tapi aku tidak mungkin memberi tahu teman kostanku itu tentang Lissa.
“Ngga apa-apa, Fa. Kayaknya tadi aku mimpi buruk deh.” Aku bukan pembohong yang baik, tapi sepertinya Farah percaya, karena dia mengangguk-angguk dan kemudian berlalu menuju kamarnya sendiri setelah menyuruhku minum dan tidak lupa berdoa sebelum tidur.
Aku membuka pintu kamar sedikit, mengintip ke dalam, dan Lissa tak ada disana. Apakah benar tadi aku hanya bermimpi?
***
Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Ini tidak mungkin. Sungguh-sungguh tidak mungkin. Lagi-lagi, Lissa tertidur di sampingku!
Kali ini aku cepat masuk ke kamar lagi dan hanya berdiri merapat di dinding memeluk guling. Aku tidak mau bertemu Farah yang baru kembali dari kamar mandi seperti tempo hari, atau kepergok Shinta yang masih menonton tivi, atau berjumpa ibu Ratih yang lapar malam-malam dan membuat mie instan. Maka aku menatap Lissa yang masih tertidur dengan cemas. Bagaimana mungkin dia ada di sini?
“Hai, Mel. Kangen padaku?” Lissa sudah duduk di tepi tempat tidur, tersenyum manis dengan rambut yang masih masai.
“Lissa, kenapa kamu datang?”
“Kamu tidak kangen ya?”
“Jawab aku, Lissa! Kenapa kamu ada di sini?”
“Mel.”
“Kamu seharusnya tidak ada lagi di sini, Lis.”
“Hhh… Rupanya kamu memang sudah melupakanku.”
“Lis…” Ketukan di pintu membuatku urung bertanya lagi pada Lissa.
Aku melangkah menuju pintu yang masih ramai oleh ketukan-ketukan tidak sabar. Sepertinya semua penghuni kost terbangun.Β “Mel? Kamu baik-baik aja, kan? Kenapa teriak-teriak? Kamu ngomong sama siapa?” Itu suara Ibu Ratih. Aku berteriak rupanya. Kutatap tepi tempat tidur dimana Lissa duduk tadi, tapi tak ada siapa-siapa di sana.
***
Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Menelan ludah dengan susah payah, dan ingin menyerah entah pada apa atau siapa.
Ini kali ketiga Lissa berada di kamarku, tidur disampingku, meronta dan menjerit, seperti mimpi yang begitu nyata, seolah betul-betul ada padahal dia tiada. Dan aku tak punya pilihan lain.Β Pukul 2 pagi, tapi dokter Irwan bisa aku hubungi kapan saja. Maka aku cari namanya diΒ contact list, menekan tombol hijau, dan telepon diangkat pada dering ketiga.
“Dok, Lissa datang lagi, dok,” ucapku tanpa basa basi, “Tolong hilangkan dia selamanya, saya tidak mau punya alter ego psikopat seperti dia lagi. Tolong ya, Dok.”
***
Note : 433 kata
Tulisan geje bin teu pararuguh ini khusus ditulis untukΒ Monday Flash Fiction, prompt #18.
double personalities ya…
___
begitulah mas hehehe
Hei neng Orin?
Aku kangen padamu
___
aku juga Teeeh *ketjup*
Keren yah mbak Orin idenya ..hihihi
___
heuheuheu…tengkyu mba π
hahahahaha… tahu aja aku punya alter ego #eh
___
sama kita mbak, aku jg punya alter ego *halah* qiqiqiqi
Keren sekali walau ada kalimat yg berulang tetep keren. jadi inget Novel Tere Liye Yang Sunset Bersama Rossie, bnyk kalimat sama yg berulang. kerennnnn
___
Makasih ya Jun^^
ceritanya bagus… sudah bisa ditangkap pembaca. perpindahan kata juga bikin penasaran. tetapi endingnya agak aneh… saya malah lebih sreg kalau si Lisa adalah halusinasi.. kalau alter ego? agak aneh sihh. coba baca tentang kepribadian ganda..
sybil, 24 wajah billy, novel sidney sheldon.. di kebanyakan kasus kepribadian ganda, alter utama yg mengalami kepribadian ganda sama sekali tidak menyadari dia memiliki alter lain. apalagi sampai melihat aler egonya itu. karena saat aler egonya muncul dia mengalami amnesia dan tak tahu mengapa halbitu terjadi.
intinya saya kurang menemukan logika mngapa endingnya jadi si lisa adalah alter ego si Mell π
salam Mbak
___
aku banyak baca novel kepribadian ganda Jen, semua yg disebutin itu udh aku baca, tapi menuliskannya memang hal lain ya hihihi. Di FF ini, si Mel sebetulnya udh ‘sembuh’, itulah kenapa dia bisa melihat si Lissa, walaupun mungkin sebetulnya itu cuma imajinasinya aja. Tengkyu eniwey masukannya ya π
Si Host memang biasanya tdk tau ada alter lain. Tapi sesama alter bisa kenal bisa tidak. Nah, klo sdh terapi biasanya host dikenalkan dg para alternya. Jadi mungkin saja Mel kenal Lissa meski biasanya dlm keadaan trance dan bukan melihat secara “fisik” π
Nice, Orin. Lanjoot… π
___
keknya emang mesti dijadiin cerpen cerita ini ya buCho, banyak bolongnya hihihihi
yup. jika ada lebih dr satu alter, dalam proses ‘eliminasi’nya yg dipertemukan adl antar alter. tahap akhir jika tinggal satu alter dia harus berhadapan dengan pemilik tubuh aslinya. awalnya mungkin hrs dg bantuan.
nah yg aku ga tau busa ga si alter seolah muncul sendiri tibatiba begini.
___
si aku sebetulnya udh sembuh, tapi ada pemicu yg bikin alter ego dominannya ini balik lg, salahku pemicunya itu tidak terceritakan. Mgkn akan lebih tepat kalo Lissa-nya itu imaginary friend aja ya mbakyu *nyengir*
menggemparkan !!!
___
waduh?
Kereeen, Mbak… Tapi setuju sama komen mba Ajen, aku malah berharap si Lissa ini berupa roh halus atau hal-hal gaib lainnya, soalnya kalo mau dibawah ke arah2 psikologi jadi agak berat kalo kita benar2 gak mendalami… hehehe… π
___
dimaafkan aja ya mas, namapun fiksi geje jadi begitulah *halah* qiqiqiqi
Ya alloh ini keren tau, katanya susyah kok bagus gini
___
haiyyaahhh…mba Hana nih π
Baru dgr alter ego *brb,buka gugel dlu* π
___
apppaaaah? *sinetron lebay mode : ON* qiqiqiqi
keren!
___
matur nuwun mbakyu^^
Aku baca comment di Fb baru ngeh kalo “Mel” dan “Lissa” bisa jadi “Melissa”. Keren… π
___
heuheuheu…disambung2in aja nih. Btw, kenapa dengan ‘sora kiseno’? *kepo* hehehehe
Awalnya aku nebaknya kalo Lissa cuma halusinasinya aja, Mbak. Jadi, menurutku alter ego itu jadi twist yang wow banget. meski aku gak begitu ngerti ttg alter ego, hihihi
___
Iya, awalnya (di kepalaku) Lissa itu imaginary friend Ayu, tapi pas nulis suka jadi beda gitu endingnya *halah* qiqiqiqi
Sepertinya ini lebih mengarah pada halusinasi auditorik dan visual, Mbak Orin. Karena kalo dari deskripsinya, mirip dengan yang terjadi di film Beautiful Mind. Mengarah ke skizofrenia tetapi pasien tidak mengalami perubahan pada daya tilik dirinya (artinya sadar bahwa dia sedang berhalusinasi).
Kalo alter ego adalah pribadi yang berbeda. Jadi kepribadian yang bertolak belakang. Contoh paling gampang adalah di film Secret Window.
CMIIW π
___
Hmmm…iya ya, pas nulis ini aku malah ga keingetan Beautiful Mind *mendadak kangen Russell Crowe* qiqiqi. Tengkyu masukannya Noichil π
wah aku nggak mudeng alter ego *harus banyak baca buku nih…
___
heuheu…ayo baca 24 wajah Billy mbak, seru deh π
hohohohoho yg komen kok keren2 yah :D. tapi yg keren juga itu ceritanya, bener tuh kata si dedek ranger, berulang tapi keren π
___
ceritanya sih geje belaka mba Na qiqiqi
Bener. Yang komen keren2. Saya jadi tambah wawasan nih π
___
hehehe…sama2 belajar kita mba π
dahsyat! mantap ide ceritanya!
___
Tengkyu^^
Saya bilang ini keren.. Lepas dari itu si Lissa alter ego ataukah hanya teman khayalan.. π
___
ah…mba Rinibee bisa ajah *tersapu2malu* hihihihi
berdecak kagum untuk idenya mba Orin di Prompt kali ini π
___
heuheu…tengkyu^^
hmmm kaya pilm apa teh.. yang punya dua kepribadian.. menarik juga hehehe
serem juga yah kl punya kepribadian ganda:)
Dari mana gejenya Mbak? ^ ^ pasti butuh pemikiran serius ini π alter ego gitu loh. (mau bilang aku kurang mudeng ttg alter ego susah amat :D)
berulang tapi keren hehehe,,
looping mbak,,,,
alter ego lagi in ternyata. di kompasiana, di film ‘lie to me’ juga.. memang sulit mbak membuat karakter si aku dan alter egonya kuat dalam FF. jadi ya.. aku tunggu ini jadi cerpen. dudududud….
duh, membaca yang ini, daku keingat novel 24 wajah Billy-ku yang dipinjam orang dan tak kembali, hiksss…