Setelah mengencani seratus lima puluh lima perempuan, Ray masih juga tak merasa puas. Bukan, bukannya dia lelaki playboy atau apa, hanya saja Ray merasa perempuan-perempuan itu belum layak dijadikan sebagai istri yang akan mendampinginya hingga mati. Tidak bisa dipungkiri, wajahnya yang konon sepintas mirip Adam Levine, tubuh atletisnya yang lumayan aduhai, ditambah kekayaannya yang memang melimpah, membuat Ray punya magnet tersendiri bagi kaum hawa. Mereka seperti rela mengantri untuk menjadi kekasih Ray. Maka tak salah rasanya jika Ray memanfaatkan momen seperti itu, bukan?
Dia akan berhenti mencari saat perempuan ‘itu’ datang padanya. Dan mungkin, perempuan yang sedang dicarinya itu, adalah perempuan ke-156 bernama Sheila, yang kini sedang duduk manis di depannya.
Anggun, gadis berlesung pipi itu memakan supnya perlahan, mata kenarinya tak lepas menatap Ray. Tapi Ray tdak merasa terganggu, dia malah tersenyum, mengunyah kentang di mulutnya penuh nikmat, seraya menduga gadis malaikat di depannya ini akan segera menjadi kekasihnya.
“Jadi?”
“Jadi kau adalah perempuan ke-156,” jelas Ray ringan.
“Oh? Begitu ya.” Sheila lagi-lagi menatap mata Ray tanpa berkedip.
“Begitulah, Sheil.”
“Lantas? Apakah aku harus merasa bangga?”
“Hmm…” Ray seperti berpikir, lantas mengedikkan bahu. “Entahlah. Mungkin. Terserah kau saja,” ujarnya seraya tertawa. Seolah pembicaraan mereka barusan adalah lelucon belaka.
“Apakah kau tidak merasa lelah?”
“Karena sudah mengencani begitu banyak perempuan?”
“Karena sudah berulang kali mencari dan ternyata masih gagal.”
“Maksudmu?” Ray berhenti mengunyah, ditelannya si daging steak yang belum sepenuhnya terlumat cepat-cepat. Setelah seteguk air putih, Ray menanti apa yang akan akan dikatakan Sheila berikutnya.
“Yeahh…maksudku, rupanya kau bukan lelaki yang terlalu beruntung.” Apa katanya? Ray mulai murka. Tak ada perempuan yang pernah mengatakan hal sekeji itu padanya. Tidak pernah!
“Maksudmu, Sheil??” Ray mengajukan pertanyaan sama dengan intonasi yang sedikit meninggi. Rahangnya sedikit mengeras, tangannya tanpa sadar terkepal di bawah meja. Ini sungguh di luar dugaan. Perempuan-perempuan biasanya langsung meleleh saat Ray mengajak mereka candle light dinner romantis di restoran mewah seperti ini. Ray tak punya referensi bagaimana harus menghadapi perempuan seperti Sheila.
“Lelaki lain yang lebih cerdas, mungkin hanya perlu 2-3 kali mencari sebelum akhirnya menemukan perempuan sempurna yang akan dipilihnya,” jawab Sheila setelah beberapa jeda.
Hah?! Ray mulai murka, giginya gemeletuk menahan amarah. Jadi dirinya adalah ‘lelaki yang kurang cerdas’? Begitu?
Tapi Sheila dengan santai menghabiskan sup asparagus di mangkuknya, meminum air putih dari gelas bertangkai, lantas mengelap mulutnya perlahan. Betul-betul perempuan berkelas yang anggun. Samar, wangi shampo dari rambut panjang hitam nan lembut milik Sheila menyapa cuping hidung Ray, membuatnya tergelitik ingin menciumi rambut itu berkali-kali.
“Tapi rupanya kau…” kalimat Sheila menggantung di udara, tak terselesaikan. Dia malah mengedikkan bahu, seperti mengolok ‘ketidakberuntungan’ Ray.
Kurang ajar! Ray mencari akal bagaimana membalas perempuan cantik yang ternyata iblis di depannya ini. Sheila sudah mengoyak kelelakiannya, melukai egonya, bahkan Ray merasa harga dirinya sedikit terancam.
“Jadi, Ray, selamat tinggal. Aku tidak sudi menjadi perempuan ke-156-mu,” ucap Sheila seraya berdiri, lantas melenggang pergi tanpa basa basi.
Sialan! Ray mengumpat dalam diam, merutuki Sheila. Dan Ray masih harus mencari perempuan ke-156, sekali lagi.
***
Note : 496 kata, ditulis untuk MFF Prompt #41 : Cinta.
- Dari Fiksi mini milik Rosita J Aisyah => PLAYBOY. Kuambil nomor antrian. Oh, aku wanitanya yang ke-156.
jleb… kasihan banget Ray.
Baca ini jadi ingat novel. Duh… lupa ingatan judul dan pengarangnya nih. harus bongkar file nih.
___
hihihi….gpp mas sekali2 dia dibegituin 😀
jleb… kasihan banget Ray.
Baca ini jadi ingat novel. Duh… lupa ingatan judul dan pengarangnya nih. harus bongkar file nih.
___
hihihi….gpp mas sekali2 dia dibegituin 😀
Bagus. Love Sheila instantly. She’s my heroine.
___
Sheila udh sering latihan keknya Dan ngadepin cowo tipe2nya si Ray *halah* hihihi
Ouch! Ouch! Ouch! 🙂
___
hihihihi
155 permepuan dalam berapa tahun yah? 😀
___
Sejak dia ABG kali ya bang hihihihi
kirain sheila bakal bilang ke ray kalo dia adalah laki2 yang ke 276 nya sheila.. hahaha.
Hahaha, tadinya mau komentar kayak arman. :p
emang enak? Biar sekali-kali tahu rasanya ditolak *esmosi
ray yang malang, 🙂
Aduh Orin…dari 155 itu yang dihapal namanya berapa orang #kepodotcom
bingung sama orang yg mantannya banyak apa ga capek ya 😀
buahaha.. matikk
jleb !!
berarti tesnya ga sebatas makan bersama ya. ada tes yang lebih mendalam…. hehe
banyak amat samapi 156 🙂
Quickikikiki….
G kbayang mukany si ray.