Apartemen Reno ternyata persis seperti yang selalu aku inginkan selama ini. Didominasi warna putih dengan hitam dan merah sebagai pemanis, bergaya modern minimalis dengan bentuk-bentuk asimetris, kesederhanaan yang mendekati sempurna.
Aku tersenyum menatap rak buku kecil yang tergantung miring, jam dinding bulat berwarna merah dengan pendulum yang bergerak ke kiri dan ke kanan secara konstan, juga setangkai anggrek plastik menghiasi sebuah vas putih langsing di atas meja makan kecil. Di meja makan itulah kelak aku akan menyiapkan berbagai macam hidangan untuk Reno, gumamku dalam hati.
Aku beranjak menuju kamar Reno, dari depan pintu bisa kudengar suara shower dari kamar mandi yang bercampur senandungnya yang entah melagukan nyanyian apa, membuatku lagi-lagi tersenyum. Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul. Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini? Aku benar-benar terpana melihat sang konde hingga tak menyadari Reno telah selesai mandi dan kini berdiri di sampingku dengan piyama handuknya.
“Itu punya mendiang Ibu, La.” Reno datang dengan piyama handuk, rambutnya yang masih basah entah kenapa membuatnya terlihat lebih tampan.
“Ooh… Punya ibu toh.” Tapi tetap saja jawaban Reno menyisakan tanya yang lain, untuk apa dia masih menyimpannya? Lagipula seingatku ibunya itu meninggal saat Reno berusia 12 tahun, itu berarti 20 tahun yang lalu!
“Let me tell you a little secret my future wife,” ujarnya seraya mengedipkan sebelah mata, membuatku semakin penasaran. Satu bulan lagi kami resmi menikah, dan masih ada rahasia tentang dirinya yang belum aku tahu? Aku menyiapkan diri mendengarkan rahasia itu.
“Setiap menjelang tidur, aku akan meletakkan konde ibu ini di atas bantal di sebelahku.”
“Oh ya? Lantas?”
“Lantas aku akan bercerita tentang apa saja, tentang semua yang terjadi di hari itu, tentang keinginan-keinginanku untuk esok hari, apapun.”
“Wow!”
“Iya, aku melakukannya persis seperti dulu, saat Ibu menemaniku sebelum aku tertidur.”
“Setiap malam, Re?”
“Setiap malam, konde itu bagiku adalah jelmaan sosok ibu.”
“Kau membawanya ke mana pun?”
“Yup, dia selalu bersamaku, La.”
“Really?”
“Atau aku tidak akan bisa tidur.
“Serius?” takjub, aku bertanya, dan Reno mengangguk mantap.
“Seratus rius. Aku pernah mencobanya, dan tanpa ritual itu, mataku tak mau terpejam, La.”
“So?”
“Jadi aku akan melakukannya setiap malam.”
“Sampai kapan?”
“Selamanya, La.” ujarnya dengan senyuman manis. Aku terdiam, bingung, khawatir, kesal mungkin? Entahlah.
Bagaimana aku bersaing dengan sebuah konde saat menjadi istri Reno kelak?
***
Note : 381 kata, untuk prompt #12 di Monday Flash Fiction, another geje story of mine #eeaaa 😛
hihihii rival ama konde, wow 😀
___
susah menangnya ya Sarah hihihi
waduh… persoalan inih 😆
___
yahh..begitulah mbakyu qiqiqiqiqi
Gawat..berat kalo gini..ntar malam pertama juga kondenya harus diajak kata Reno hehehe
___
Berat bgt Naaal hihihihi
Jyaaahhh gimana caranya tuh *ikutan bingung* 😀
___
Iya Dang, ngebingungin emang hihihihi
ya masa kalah sama konde hehehe
___
kondenya keramat soalnya Teh qiqiqiqi
Waduh Reno. ada2 saja kau nak. apakah bs dibilang Reno sakit?
___
keknya sih gitu ya Jun, rada2 gimanaaa gitu *ups* hahahaha
kalo begitu, kondenya dibuat kamar khusus donk, masak ntar masuk kamar penganten….ndak seru lah
___
nanti pengalaman jd penganten diceritain jg kok sm sang konde hihihi
huakakkakkakkaa
*ini penggambaran cerita yang pas dengan promptnya*
aku sukak! 🙂
___
qiqiqiqi…tengkyu mba Is 😉
etapi, ada sedikit ketidakkonsistenan nih setelah aku baca lagi 😀
di promptnya kan tertulis “rumah” bukan apartemen :p
___
‘rumah’ kan tempat dimana hatimu berada mba Is hihihihi *ngeles*
Mba Orin, aku koq serem bacanya tapi keren ide tulisan ini.
___
eh? kok serem non? hihihi
Saya suka gaya narasi dan dialognya.
Model-model novel pop romance gitu. 😀
Thumbup!
___
semoga suatu saat bisa nulis novel pop romance beneran hehe. Tengkyu ya Yus 😉
Oriinnnn ide mu sangat liar dan keren hehehe sampe2 Konde pun jadi ide tulisan yg keren ini, tapi beneran konde bisa jadi icon orang yg selalu memakainya apalagi kalo yg make nya orang terdekat kita
___
iya Teeeehhh, kadang emang sulit dijinakkan *halah* qiqiqiqi
ha..ha..ha.. imajinasi yang liar, Rin..lain dari yang lain. Jempoolll
___
qiqiqiq…iya kadang terlalu liar mam, kudu dikerangkeng 😛
ini kisah nyata apa pengalaman pribadi mbak ??? 😀 *hihihi*
___
pengalaman pribadi? doh, aku keknya batal aja deh kalo nemu yg kek si Reno gituh *ups* qiqiqiqiq
onde mandee.. xixixi.. jadi inget pupu bantal buluk punya anak uni evi, yg hrs selalu menemani tidur… lha klo ini konde,
Reno dan Orin memang keren..! 😛
___
Inspirasinya emang pas baca postingan Pupu-nya om NH Mak qiqiqiq
ya ampun, ini keren! ayo mbak orin bikin novelll *ngidupinkompor 🙂
___
huwaduh… *matiinkompor* qiqiqiqi
moga La bisa membantu Reno atas masalah ketergantungan psikis pada konde ……. satu kata kuereeen.
___
mudah2an aja La ga mundur gara2 konde ya bu hihihihi
Ayoo…semangat, La… masa kalah sama konde??? hihi…. another keren story, Rin 🙂
___
semoga si La ga kapok ya auntie hihihihi
busyeeet…hihi
yang jd pertanyaan ide teh orin itu datang dari mana siiih???sll geje tp unik…
*kepo
___
dari mana2 Pu heuheuheu. tengkyu Jeeeng^^
kirain nyebutin namaku -_-
Nanti istrinya disuruh kondean aja 😀
sakit! 😀