Ceraikan aku, secepatnya.
SMS itu singkat, padat, kiamat. Permintaan itu begitu to the point, mendadak, tanpa aba-aba atau peringatan. Mirip perintah komandan yang tidak menyisakan kenapa atau kapan selain harus segera dilaksanakan. Bagaikan perut yang sekaligus penuh tanpa tahu kapan mengunyah makanan. Seperti bercinta tanpa foreplay yang tiba-tiba selesai dan tetap melelahkan. Sungguh menyebalkan.
Lelaki itu merapal caci maki dalam hati mencengkeram kemudi, ingin segera menemui perempuan yang rupanya tak lagi sudi menjadi istri. Jalanan gelap di depannya membuat benaknya yang sudah terlanjur muram semakin pekat. Dia tahu, alasan SMS itu terkirim padanya adalah karena perempuan itu akhirnya tahu dirinya memiliki perempuan lain. Tapi lelaki itu marah bukan karena itu, seharusnya dia yang membuang perempuan itu suatu hari nanti, bukan sebaliknya seperti ini. Dia kalah start!
Jalanan gelap seperti tak berujung semakin membuatnya murka, dia tidak boleh tersesat. Tapi kalau saja bukan karena SMS sialan itu, dia tidak akan mau repot-repot pulang semalam ini, lelaki itu bahkan lupa kapan terakhir kali dia menemui perempuannya. Maka jalanan tikus menyusuri hutan kecil di pinggiran kota, adalah pilihan terakhirnya untuk bisa sampai di rumah dengan cepat, tanpa terhalang macet Jakarta yang sudah seperti simulasi neraka.
Tiba-tiba roda kiri depan terpeleset, terperosok entah karena apa, tergelincir masuk pada semacam lubang. Detik berikutnya lelaki itu mengucap sumpah serapah meruah saat tak bisa melepaskankan mobilnya yang terlanjur terjepit tak bisa bergerak. Seberapa kuat pun lelaki itu menginjak pedal gas, si mobil seperti menertawakannya dengan bergeming tak bergeser se-inchi pun. Lelaki itu muntab, karena tak ada satu makhluk pun terlihat matanya di jalanan gelap ini, bahkan cahaya dari lampu mobil yang remang kini seperti memantulkan siluet-siluet menyeramkan.
Setelah mengintip jam tangannya yang menunjuk pukul 2 pagi, lelaki itu keluar mobil tanpa mematikan mesin. Saat itulah dia teringat sesuatu. Dulu, di jalanan ini dia pernah mencumbu malu-malu si perempuan yang minta bercerai dengannya itu. Jalanan yang sama, di dalam mobil yang sama. Nostalgi yang tiba-tiba muncul ke permukaan itu sanggup membuat lelaki itu merasa rindu pada perempuannya.
Mungkin aku kualat, terperosok di jalanan ini dengan mobil ini karena sudah mengkhianati perempuan itu, pikir si lelaki kemudian.
Tak lama dia mendengar deru mobil mendekati, senyumnya merekah, mungkin dia masih bisa mengubah keinginan perempuannya, mungkin dia bisa membatalkan permintaan perempuannya, dia akan menumpang mobil hingga ke jalan raya, untuk melanjutkan pulang ke rumah dengan taksi. Sebuah rencana yang sempurna. Permintaan maaf yang tulus bisa menaklukkan segalanya, bukan?
Lelaki itu berdiri di tengah jalan melambai-lambaikan tangan menghentikan mobil yang memang berjalan pelan-pelan. Dia melindungi matanya dari lampu depan yang menyilaukan hingga mobil itu kini betul-betul berhenti di depannya. Lelaki itu berjalan menghampiri sisi pengemudi, menyiapkan senyum terbaiknya untuk meminta tumpangan.
Dan di sana, perempuan yang tak ingin lagi menjadi istrinya duduk di kursi penumpang. Setengah telanjang dengan rambut masai, si perempuan mengecup pipi si pria pengemudi penuh cinta di depan si lelaki.
Sialan!
Note : 472 kata, cerita geje ini khusus ditulis untuk MFF prompt #28
waduh…. dua-duanya sama aja 😀
___
serasi memang mereka bang he he
Ceritanya dewasa banget, dari prolognya sudah kelihatan, “Seperti bercinta tanpa foreplay yang tiba-tiba selesai dan tetap melelahkan”.
Di ujungnya lebih dewasa lagi.. 🙂
___
hihihi…iya nih mas Gie, entah kenapa tiba2 kepengen nulis begitu 😛
Sadis juga ini kisah…
Ckckck
___
hehehehe…
hahaha.., kurang ajar.
sebuah sms memang bisa mempengaruhi emosi seseorang.
___
hihihihi
kenaa deh.., satu sama
___
Iya Bun, seri hehehe
Haiiihhh… Segera urus surat cerai!
hihi.. cerita dewasa ^^ *tutup mulut, eh tutup muka*
aku kan masih kecil
Loh ngapain cerei? kan udah satu sama… 😀
___
hihihihi
Ihiy, berasa bukan Mbak Orin inih yang nulis. Hehe
yang bagian ini redundan (berlebihan) lho, mbak
“bergeming tak bergeser se-inchi pun”
bergeming menurut KBBI emang tak bergerak 🙂
___
Iya Lung, dan sepertinya kapok ga mau nulis kayak begini lagi 😛
Iya, aku tau bergeming itu diam, dan itu aku sengajain, iseng aja *halah* hahahah
Waduh! 1 sama! 😆
___
🙂 🙂
lap mana lap?
tutup muka!!!
___
walaaah, tutup mukanya pake lap toh? 😀
Wah, nggak kebayang betapa jengkel dan marahnya si suami, haha….
___
dia yg duluan sih ya hehehe
Seru menanti endingnya..
___
hehehe…silakan mbak, bebas buat endingnya sendiri2 😀
Hah….
cerita dewasa yaaa…
___
qiqiqi…iyaa, agak2 dewasa ini emang *ngumpet*
Hehe, satu sama lah, mending mulai dari kosong-kosong lagi, akurr 😀
___
semoga ya mbak hehehehe
Hmm… minta maaf..? malah Skak matt !! Syukurin … 🙁
___
heuheu…kalo ga dicubit emang ga boleh nyubit ya om @brus 🙂
Mbak Rin, itu si perempuan sengaja utk memanas2i apa gimana?
___
Iya, keknya dia sengaja gitu deh mbak Ika hihihihi
ngeeeeeeeekkkk.. padahal kukira bakal dibunuh tuh cowok
*kejem amat yak*
___
ish, ci bubun nih serem bgt bunuh2an segala 😛
skor sama ha ha.. 😀
___
draw nih mbak hehehe
jleb tak menyangka endingnya seperti itu, ternyata satu sama 😀
Nggak mau kalah
udahlah ndak usah cerai. Kan udah tau sama tau x))
Hootttzzz bener dah, ah! Hmmm
Aseekkkk.. sisi lain dari tulisan mbak Orin, ceritanya enak dibaca tapi gak berasa dewasanya.. #kabur
eits..ending yang tak tertebak. Cerita dewasa yang siip jeng orin
sama aja ya judulnya yang perempuan atau yang laki2 🙂
Teh Oriinnn. Bisa aja ya bikin twistnya. 😀